Tuesday, April 18, 2006

Pyrokinesis: Kelebihan atau Kutukan?


MANUSIA luar biasa atau manusia aneh? Kelebihan atau kutukan? Itulah pandangan yang diberikan masyarakat pada orang yang memiliki kemampuan lebih sehingga membuatnya berbeda dengan manusia lainnya.

Terlebih bila kemampuan mereka terlihat sangat mencolok dan sedikit membahayakan orang-orang disekitarnya, membakar sesuatu tanpa menyentuh misalnya.

Anda tentu pernah mengetahui, membaca atau menonton film The X-Men, yang menceritakan tentang sekelompok mutant dengan kelebihan-kelebihan tersendiri, dan salah satu mutant tersebut memiliki kemampuan untuk menyalakan api tanpa alat bantuan apapun, Pyro nama karakter dalam film tersebut. Ternyata tidak hanya mutant yang memiliki kemampuan seperti itu, manusia juga memiliki kemampuan seperti itu, walaupun sangat sedikit jumlahnya dan peristiwa-peristiwa mengenai `manusia api` sudah tercatat dari tahun 1882.

Dalam buku Scientific American, seorang pengamat bernama L.C Woodman, menceritakan bahwa ia mengamati W.M Underwood berusia 27, dari Paw Paw Michigan, yang mampu membakar sebuah saputangan miliknya terbakar karena hembusan nafasnya yang demikian panas. Ia juga menceritakan, saat berburu ia sering lupa membawa korek, yang ia lakukan adalah menumpuk daun-daun kering lalu meniupnya hingga terbakar. Ia menemukan bakatnya tersebut secara tidak sengaja saat mencium saputangannya yang wangi. Woodman tidak mampu menemukan alat apapun dalam tubuh pria tersebut yang membuat dirinya mampu membakar daun hanya dengan hembusan nafasnya.

Underwood bukanlah orang satu-satunya yang mengalami kejadian fire prone atau memiliki kekuatan pyrokinetics. Kejadian lain juga terjadi di Hunan, Cina. Tapi kali ini agak sedikit berbeda dengan Underwood, bila Underwood dapat mengontrol kemampuan membakarnya, Tong Tangjiang yang berusia 4 tahun, hanya bisa pasrah saat api muncul disekitarnya.

Kejadian pertama dialaminya pada pagi hari bulan April 1990, saat itu keluarganya melihat asap keluar dari celana panjangnya. Ketika dilepas, celana dalamnya sudah terbakar. Ia segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan akibat luka bakar yang di deritanya. Dalam waktu 2 jam berikutnya, tubuhnya menyala kembali sebanyak tiga kali, melukai tangan, ketiak bahkan alat kelaminnya.

Dokter yang merawat dirinya tidak menemukan penyebab pasti mengapa Tong dapat melakukan hal itu. Dugaannya adalah Tong mampu menaikan aliran arus listrik dalam tubuhnya saat ia merasa senang atau stress. Setelah kejadian hal itu, Tong pernah hampir membakar seluruh kasur yang ia tiduri dan nyaris membakar rambut neneknya.

Nasib buruk serupa dialami Paul Hayes, pria berusia 19 tahun pada 25 Mei 1985. Kejadiannya terjadi pada malam hari saat ia berjalan melewati jalan sepi di Stepney Green. Paul yang bekerja sebagai seorang programmer komputer menemukan tubuhnya terbakar malam itu. Untung saja tempat tersebut tidak jauh dari Rumah Sakit London sehingga dia segera mendapat pertolongan.

Pria bukan perokok tersebut mencoba mengingat-ingat kejadian yang ia rasakan saat itu, "Sungguh sulit dijelaskan...tiba-tiba aku seperti dicemplungkan ke dalam tungku yang panas...dada ini seperti disiram air mendidih. Saat itu seakan-akan mendengar otakku bergolak matang!," ujarnya.

Keadaan tersebut tidak membuat para pengidap pyrokinetics merasa nyaman, bukan hanya kemungkinan mereka dapat membunuh diri mereka sendiri dengan kekuatan yang mereka miliki, tetapi juga dapat menyebabkan pengaruh lain dalam kehidupan sosial mereka. Ini terjadi pada Willy Brough, bocah laki-laki yang berusia 12 tahun dari Turlock, California. Ia diduga mampu menyalakan api hanya dengan tatapan matanya. Akibatnya, ia harus menerima ketika keluarganya mengusir dirinya karena dianggap kerasukan roh jahat.

Untungnya ada seorang petani yang mau menerimanya, ia disekolahkan kembali oleh petani tersebut, namun sayang, disekolah baru tersebut ia hanya bertahan dalam waktu satu hari, karena dalam waktu satu hari tersebut, lima ruang kelas habis terbakar dari api yang muncul karena sorot matanya tersebut.

Demikian juga dengan Benedetto Supino dari Formia, dekat Roma, yang selanjutnya menjadi perhatian masyarakat disekitarnya. Pada tahun 1982, ia dikejutkan dengan terbakarnya buku komik yang sedang ia baca saat berada di ruang tunggu dokter gigi. Sejak saat itu, ia dan keluarganya mdikejutkan dengan bberapa kebakaran seperti meja-kursi, buku dan sprai tempat tidurnya. Semua terjadi saat ia melewati barang-barang tersebut. Begitu juga dengan barang yang ditatapnya dengan serius, seperti yang pernah terjadi pada benda plastik yang dipegang pamannya.

Kemampuan itu membuat Benedetto merasa malu dan tertekan. Sementara para ilmuwan tidak dapat banyak membantu, Profesor Mario Scuncio dari pusat Kesehatan Sosial Tivoli, memberikan diagnosis yang lain daripada yang lain dengan menilai kondisi kejiwaan anak laki-laki pendiam dan kutu buku itu sangat normal.

Dr. Giovanni Ballesio salah satu dekan Rome University, pernah menyelidiki kemampuan membangkitkan listrik tinggi pun tidak mampu menemukan penjelasan apa-apa dibail semua kebakaran itu.

Vincent H. Gaddis, dalam bukunya Mysterious Fires and Lights, menyatakan bahwa ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek sasan. Begitu gejolak meningkat, objek menjadi panas. Untuk membakar tirai, baju atau benda lain yang mudah terbakar hanya perlu beberapa percikan panas. Vincent menulis buku ini berdasarkan penelitiannya dalam bidang parapsikologi pada tahun 1967.

Kelebihan manusia-manusia tersebut yang mampu membakar benda-benda disekitarnya memang merupakan suatu kelebihan sendiri, tetapi bila tidak dapat mengontrol kekuatannya tersebut kelebihannya itu dapat menjadi suatu kutukan tersendiri. (yusuf/2006)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home